Berhenti Jadi Staf Bawaslu, Ari Pilih Bisnis Rongsokan
MUSIRAWAS, (Radar Silampari)- Bisnis pengepul rongsokan terkadang dipandang sebelah mata. Kesan kumuh, jorok, dekil selalu melekat abadi pada mereka yang menggeluti bisnis ini, tapi siapa sangka bisnis “jorok” tersebut bisa mendatangkan pundi-pundi yang melimpah, bahkan keberadaan mereka sangat penting untuk menjaga lingkungan dari sampah plastik yang sulit diurai tanah. Mereka adalah garda terdepan dalam proses daur ulang sampah.
Saat di wawancarai oleh awak media, Jum’at (5/1) Azhari Subianto (27) yang akrab di panggil Ari yang dulunya merupakan staf Bawaslu, memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai staf Bawaslu Kabupaten Musi Rawas. Tepat pada tahun 2019, dirinya putar otak untuk membuka usaha sendiri sampai akhirnya Ari memutuskan untuk usaha membeli barang rongsokan.
Saat pertama kali terjun ke bisnis rongsokan pada 2020, Ari hanya bermodal Rp. 1 juta, sisa pendapatan dari usaha sebelumnya. Dari modal tersebut, dia membeli barang bekas ke para pemulung di sekitar rumahnya, terkhusus kawasan Desa Satan Indah Jaya Dusun II Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas. Kemudian, barang bekas itu dia jual lagi ke pengepul yang lebih besar.
Ari pun tak bisa menyebutkan berapa omzet yang didapat pada tahun ini, karena harga barang bekas saat ini tidak menentu, otomatis membuat pendapatannya sekarang juga turun naik.
“Namanya usaha kayak gini. Alhamdulillah, hasil dari sini, saya bisa menafkahi keluarga kecil saya, bisa beli susu anak dan kebutuhan rumah tangga, dari usaha ini juga saya sudah memiliki satu mobil bak terbuka untuk membeli barang rongsokan, ya jalan Allah mah pasti ada saja kalau mau usaha,” kata Ari.
Berbagi motivasi untuk usia muda, Azhari Subianto dapat dikatakan contoh sukses usia muda yang memanfaatkan masa mudanya untuk berwirausaha. Bahkan, ia merasa lebih bersyukur dengan apa yang didapatnya saat ini, dibandingkan ketika masih menjadi Staf Bawaslu.
Menurutnya bila ingin wirausaha seperti dirinya, sebaiknya dipersiapkan mental, keyakinan yang kuat dan berdoa kepada Allah SWT.
Berwirausaha itu sangat berbeda dengan ketika ia bekerja menjadi pegawai lembaga negara. Saat menjadi pegawai, segala sesuatunya sudah disiapkan dan pegawai hanya menjalankan tugas yang diberikan.
“Ketika berwirausaha, semuanya dipegang sendiri, mulai dari merencanakan, merintis, hingga mengembangkan usaha, termasuk semua resiko harus ditanggung sendiri. Tekad kuat pun harus dipupuk dari awal, karena merintis usaha itu harus mau capek, harus kerja ekstra keras. Kalau tekadnya lemah, tidak bisa jalan,” ungkap Ari (Pranata/rls)